Selasa, 01 Februari 2022

(Khulafaur Rasyidin dan Prestasi-prestasinya) Setelah Rasulullah (Nabi Muhammad SAW). meninggal dunia, umat Islam dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin. kekhalifahan ini berdiri setelah Nabi Muhammad SAW. wafat yaitu pada tahun 632 M atau tahun 11 H . Ada 4 Khulafaur Rasyidin pada masa itu antara lain sebagai berikut adalah : 1. Abu Bakar As-Siddiq, 2. Umar bin Khattab, 3. Utsman bin Affan, 4. Ali bin Abi Thalib. Khulafaur Rasyidin terdiri dari kata khulafa dan Ar Rasyidin, khulafa merupakan bentuk jamak dari kata khalifah artinya "pemimpin" dan Ar Rasyidin berasal dari kata Roosyidun yang berarti orang-orang yang mengikuti jalan lurus/di beri petunjuk/orang yang benar. Para Khulafaur Rasyidin memimpin dengan adil, bijaksana, dan demokratis. Mereka mendahulukan kepentingan agama, bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi dan keluarga. Segala bentuk keputusan yang diambil pada masa Khulafaur Rasyidin diambil berdasarkan keputusan bersama, apabila ada suatu masalah mereka selalu mendiskusikannya. Para Khulafaur Rasyidin hidup sederhana, tidak ada istana megah, pengawal, ataupun makanan mewah. Tantangan yang dihadapi para Khulafaur Rasyidin pun tak kalah berat dengan apa yang diterima Rasulullah saw. Sepeninggal Rasulullah saw. banyak masyarakat yang enggan menjalankan perintah agama, bahkan ada yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka, yaitu menyembah berhala. Mereka beranggapan bahwa ajaran yang dibawa Rasulullah hanya berlaku ketika Rasulullah saw. masih hidup saja. Para Khulafaur Rasyidin telah banyak berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam dan memajukannya. Selama mereka memimpin, banyak sekali prestasi-prestasi yang telah mereka raih. Di antara prestasi itu adalah memerangi kaum murtad yang terjadi pada masa khalifah Abu Bakar As-Siddiq, membangun kota Basrah pada masa khalifah Umar bin Khattab, membangun armada laut pada masa khalifah Utsman bin Affan, dan menyempurnakan tulisan Al-Qur'an pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib. Untuk lebih memahami materi tentang sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafa'urrasyidin simaklah pembahasan materi berikut. A. Gaya Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Setelah Rasulullah saw. wafat maka kepemimpinan umat Islam dipercayakan kepada Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin berarti pemimpin-pemimpin yang mendapat petunjuk dari Allah swt. Mereka adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin merupakan masa yang penting dalam perjalanan sejarah Islam. Mereka telah menyelamatkan Islam, memperkuat, dan meletakkan dasar-dasar kehidupan bagi keagungan agama Islam dan umatnya. Khulafa'urrasyidin bertindak sebagai pemimpin yang demokratis, karismatik, adil, arif, dan bijaksana. Segala keputusan dan tindakan khalifah saat itu berdasarkan hasil musyawarah. Banyak sekali jasa, kebaikan, dan prestasi yang diraih selama mereka menjabat sebagai khalifah. B. Prestasi-prestasi yang Dicapai oleh Khulafaur Rasyidin 1. Khalifah Abu Bakar As-Siddiq (11-13 H/632-634 M) Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin sempat mengalami guncangan dan permasalahan. Mereka merasa bingung kepada siapa mereka akan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun permasalahan yang tidak bisa diselesaikan. Abu Bakar As-Siddiq r.a. menemui mereka dan menyampaikan pidatonya: "Wahai sekalian manusia, barang siapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya ia telah wafat. Tetapi, barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Dia Maha hidup dan tidak akan mati". Sadar akan keadaan dan situasi yang dihadapi, mereka pun berpikir bahwa mereka tidak mungkin hidup tanpa seorang pemimpin. Mereka pun akhirnya melakukan musyawarah untuk mengangkat khalifah. Setelah melakukan musyawarah akhirnya diputuskan, bahwa yang menggantikan Rasulullah saw. sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar As-Siddiq. Baiat secara umum terhadap kekhalifahan Abu Bakar As-Siddiq dilaksanakan di masjid Nabi dipimpin oleh Umar bin Khattab r.a. a. Prestasi-prestasi khalifah Abu Bakar As-Siddiq 1) Menyebarkan Agama Islam ke Syam Pada masa kepemimpinannya, Abu Bakar melanjutkan rencana Rasulullah saw. yang ingin mengirimkan pasukan ke Syam. Abu Bakar mengirimkan pasukan Usamah bin Zaid ke Syam untuk menyongsong Pasukan Romawi. Sekelompok kaum Anshar menghendaki agar Abu Bakar menangguhkan pemberangkatan pasukan, karena kaum Anshar beralasan Madinah tengah terancam orang-orang murtad, tetapi Abu Bakar tetap mengirimkan pasukan Usamah sebagaimana yang telah diamanatkan Rasulullah. 2) Memberantas Kaum Murtad Setelah wafatnya Rasulullah saw. banyak orang yang keluar dari agama Islam (murtad). Iman mereka menjadi lemah sepeninggal Rasulullah saw., bahkan yang lebih parah lagi mereka kembali menyembah berhala dan melakukan perbuatan. perbuatan jahilyyah yang dulu mereka tinggalkan. Bentuk kemurtadan yang mereka lakukan adalah dengan menolak membayar zakat. Mereka menganggap membayar zakat itu hanya untuk Rasulullah saw. Setelah beliau wafat, maka tidak ada keharusan membayar zakat lagi. Selain menolak membayar zakat, gerakan kemurtadan juga ditandai dengan munculnya nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzab. Untuk memberantas kemurtadan, Abu Bakar menyiapkan pasukan yang dipimpin oleh panglima Khalid bin Walid. Pertempuran terbesar dalam memerangi kaum murtad ini yaitu pertempuran Yamamah yang menewaskan banyak sahabat dan juga para penghafal Al-Quran. Dengan pertolongan Allah, dalam waktu satu tahun gerakan kemurtadan dapat dimusnahkan. 3) Menguasai Persia Penguasaan terhadap Persia dilakukan untuk menyebarkan Islam dan membebaskan manusia dari penyembahan mereka terhadap berhala-berhala, serta menyelamatkan manusia dari pemerintahan yang sewenang-wenang. Penguasa Persia memperlakukan rakyat dengan kejam, penuh pemaksaan, dan jauh dari rasa kasih sayang. Di samping itu, tentara Persia juga berdiri di belakang kaum murtad yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan khalifah Abu Bakar As-Siddiq. Penguasaan terhadap Persia dimulai dengan pertempuran Dzatu As-Salasil yang berakhir dengan pasukan muslim menguasai pelabuhan penting Persia yang membentang di Teluk Arab (Teluk Persia). Masih dalam tahun yang sama, 12 H terjadi pertempuran Al-Madzar yang menewaskan kurang lebih 8.000 tentara Persia juga pertempuran Ales yang menewaskan 70.000 tentara Persia. Seluruh pertempuran melawan Persia tersebut dipimpin oleh panglima tentara Islam, Khalid bin Walid. Penguasaan dan kemenangan tentara Islam atas Persia ditandai dengan jatuhnya kota Al-Hirrah tahun 12 H. Al-Hirrah merupakan kota terpenting bagi Persia. Pada Rabiul Awwal para penduduknya menemui Khalid bin Walid untuk menyatakan ketundukan dan membayar jizyah. Pemerintah Islam memperlakukan mereka dengan lemah lembut dan kasih sayang. Melihat perilaku dan sikap yang ditunjukkan pemerintah Islam mereka pun berbondong-bondong masuk Islam. 4) Kodifikasi (Pengumpulan dan Penulisan) Al-Qur'an Dalam pemberantasan kaum murtad dan serangkaian perluasan wilayah telah menyebabkan banyak bergugurannya orang muslim, terutama para penghafal Al-Qur'an. Alasan itulah yang mendorong Abu Bakar r.a. segera bermusyawarah dengan Zaid bin Tsabit, untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang sesuai dengan bacaan Nabi. Dalam pengerjaannya, Zaid dibantu oleh beberapa orang pilihannya. Al-Qur'an ditulis dalam beberapa mushaf khusus yang disimpan oleh Abu Bakar As-Siddiq r.a. sampai beliau wafat, lalu berada di tangan Umar dan beralih ke tangan putrinya, Hafsah. Pengumpulan dan penulisan Al-Qur'an ini merupakan salah satu karya mulia yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar r.a. yang memberikan manfaat besar bagi agama dan umat Islam. 2. Khalifah Umar Bin Khattab (13-23 H/634-644 M) a. Umar bin Khattab menjadi khalifah Ketika Abu Bakar sakit, beliau bermusyawarah dengan beberapa tokoh kaum muslimin tentang kepemimpinan umat Islam setelahnya. Tidak ada satu orang pun di antara para tokoh waktu itu yang sanggup menerima amanah kepemimpinan setelah Abu Bakar As-Siddiq. Mereka mengembalikan permasalahan itu kepada beliau. Akhirnya Abu Bakar mengusulkan Umar bin Khattab untuk menggantikannya. Abu Bakar memandang bahwa tidak ada orang yang lebih layak menggantikannya kecuali Umar bin Khattab. Setelah Abu Bakar wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 H, kaum muslimin membaiat Umar bin Khattab menjadi khalifah. b. Prestasi-prestasi khalifah Umar bin Khattab 1) Membentuk pemerintahan yang adil, berwibawa, dan disegani Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang tegas. Karena ketegasan sikapnya dalam membedakan yang hak dan yang batil, Umar diberi gelar "Al-Faruq”. Pemerintahan Islam di zamannya semakin kuat, berjaya, adil, dan berwibawa. Tempat-tempat peribadatan dan berhala-berhala kaum kafir di Persia, Syam, Transoksiana, dan Irak dihancurkan. Semua penguasa yang zalim dan sewenang-wenang menjadi gentar. Dengan keluhuran akhlak, siasat politik, dan militer yang cerdas membuat musuh menjadi luluh. Mereka ingin segera menggantikan pemerintahan yang zalim, diktator, penyembahan terhadap raja-raja, dan berhala, dengan pemerintahan Islam yang adil dan bijaksana sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab. 2) Memperluas kekuasaan Islam ke Afrika serta runtuhnya kerajaan persia dan Romawi. Dalam rangka ingin menuntaskan sisa kekuatan Persia yang telah dikalahkan Islam pada masa Abu Bakar, Umar meneruskan perjuangannya dalam pertempuran Al-Jisr (13 H/634 M) dan pertempuran Al-Buwayb (13 H/634 M). Setelah memperoleh kemenangan, Abu Ubaidah Al-Jarrah, pengganti Khalid bin Walid, dengan bala tentaranya mengepung kota Damaskus. Damaskus dapat dikuasai tanpa perlawanan tahun 14 H, demikian juga pada tahun yang sama tentara Islam menguasai Wadisiyah dan Mada'in yang menjadi ibu kota Persia. Dengan jatuhnya Mada'in ke tangan kaum muslimin, sejarah menutup lembaran hitam umat manusia di bawah penguasa yang zalim. Setelah menguasai Persia, pasukan Islam beralih ke Byzantium. Penguasaan pasukan Islam terhadap Romawi (Byzantium) ditandai dengan kekalahan mereka di pertempuran 'Ayn Asy-Syams'. Pasukan Romawi berlindung di benteng Babilonia Mesir yang kemudian dikepung oleh pasukan Islam yang dipimpin oleh Amr bin Ash. Pasukan Romawi yang berlindung di dalam benteng tersebut akhirnya menyerah dan meminta berdamai. Namun Romawi masih punya kota Iskandariyah (Alexandria) yang merupakan ibu kota mereka di Mesir. Amr bin Ash berpikir bahwa Mesir tidak akan aman dari Romawi selama mereka masih menguasai Iskandariyah. Oleh sebab itu pasukan Islam melanjutkan pengepungan ke Iskandariyah. Heraclius, kaisar Romawi meninggal, pengepungan Iskandariyah pun tidak berlangsung lama. Romawi meminta berdamai dan bersedia meninggalkan sebagian besar wilayah Mesir secara permanen. Setelah berhasil membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi (Byzantium), Amr bin Ash dan tentaranya melanjutkan perjalanan ke barat. Mereka menguasai Barqah di Libya tahun 21 H/643 M. Kemudian Tripoli (Ibu kota Libya sekarang) pada tahu" 22 H/643 M. Perluasan ini menjadi perluasan terakhir di masa khalifah Umar bir Khattab. Masuknya Islam di Barqah dan Tripoli merupakan langkah yang sangat penting, karena dengan kejadian ini pemerintah Islam dapat mengawasi keadaan di Afrika Utara. 3) Membangun Kota Basrah (16 H/636 M) Pada tahun 16 H/636 M kota Basrah dibangun setelah tentara Islam pimpinan Sa'ad bin Abi Waqash menguasai Irak. Pemilihan tempat tersebut dilakukan sendiri oleh khalifah Umar, yaitu sebuah tempat dekat dengan kota pelabuhan Ubullah di Teluk Persia. Selama pemerintahan khalifah Umar, kota Basrah dijadikan markas tentara Islam. Untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Basrah, khalifah Umar mengirim ulama-ulama dar Madinah ke kota itu, diantaranya Hasan Al-Basri. Sejak itu Basrah menjadi salah satu pusat pendidikan di dunia Islam. Untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat Basrah, khalifah Umar bin Khattab memerintahkan untuk membuat saluran air dari sungai Tigris ke kota itu. 4) Membangun Kota Fusthath sebagai Ibu Kota Mesir (21 H/642 M) Setelah menguasai Mesir, Amr bin Ash merasa penting untuk membangun Ibu kota Islam di Mesir. Dengan persetujuan khalifah, maka dipilihlah sebuah tempat yang strategis di sebelah timur sungai Nil yang bernama Fusthath. Kota Fusthath, sekarang berlokasi di Mesir kuno dekat Majra Al-Uyun. Kota ini terus menerus dikembangkan selama masa kekuasaan Islam sampai akhirnya dibakar oleh tentara salib ketika mereka menghancurkan Mesir. 5) Membangun Masjid Amr bin Ash Masjid Amr bin Ash adalah masjid yang pertama dibangun di Mesir dan Afrika tahun 21 H/642 M. Letaknya, di tengah-tengah perumahan kaum muslimin. Masjid ini digunakan oleh khalifah Umar bin Khattab untuk beribadah dan berkumpul membahas agama dan kepentingan umum. 6) Menetapkan Kalender Islam Hijrah Nabi Muhammad saw. telah membawa dampak besar terhadap perkembangan Islam. Ali bin Abi Thalib mengusulkan kepada khalifah Umar bin Khattab untuk menjadikan peristiwa hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah dijadikan titik awal kalender Islam yang telah disepakati dalam musyawarah para tokoh. Pada bulan H, akhirnya khalifah Umar bin Khattab menyetujui usulan Ali bin Rabiul Awwal 16 Abi Thalib dan menetapkan penanggalan Hijriyyah/kalender Islam. Dan ini adalah salah satu prestasi besar yang diraih oleh khalifah Umar bin Khattab. c. Wafatnya Umar bin Khattab (23 H/644 M) Khalifah Umar meninggal akibat sebuah persekongkolan yang dirancang musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Persia yang membencinya. Umar meninggal karena dibunuh ketika melakukan shalat subuh. Umar dibunuh oleh Abu Lu'lu, seorang mantan budak Persia. Umar ditusuk dengan belati beracun. 3. Khalifah Utsman Bin Affan (23-35 H/644-656 M) a. Utsman bin Affan menjadi khalifah Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga setelah khalifah Umar bin Khattab. Utsman merupakan saudagar kaya raya yang dermawan. Utsman banyak menyumbangkan hartanya di jalan Allah, untuk membantu perjuangan Islam. Utsman termasuk ke dalam golongan As-Sabigunal awwalun yaitu golongan orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Sebelum wafat. khalifah Umar bin Khattab memerintahkan dibentuknya majelis syura yang beranggotakan enam orang. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Sa'ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Tugas tim ini adalah menentukan orang yang layak menjadi khalifah jika Umar telah meninggal. Setelah Umar wafat, terjadilah perdebatan yang cukup lama dan akhirnya penentuan khalifah dilakukan melalui pemungutan suara terbanyak. Saat itu suara kaum muslimin terbagi dua, yakni untuk Ali dan Utsman. Ali bin Abi Thalib sendiri beserta Sa'ad, dan Zubair memilih Utsman, akhirnya yang lain pun mengikuti mereka. Utsman bin Affan pun, menjadi khalifah pengganti Umar bin Khattab, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 23 H/644 M. b. Prestasi-prestasi khalifah Utsman bin Affan 1) Menuntaskan Penguasaan di Syam Muawiyah bin Abi Sufyan yang diangkat menjadi gubernur Syam oleh khalifah Utsman bin Affan menerima informasi bahwa pasukan Romawi kembali menyerang dan telah menduduki Syam bagian utara. Muawiyah meminta bantuan pasukan kepada khalifah Utsman bin Affan, maka dikirimlah 80.000 pasukan di bawah komando Salman bin Rabiah. Akhirnya pasukan muslim dapat menghadang dar mengalahkan pasukan Romawi hingga ke daerah Tabaristan. 2) Membangun Armada Laut Jatuhnya Iskandariyah dan penghancuran Mesir oleh Byzantium (Romawi) tahun 25 H menyadarkan kaum muslimin akan kelemahan kekuatan tentara Islam jika diserang dari laut. Hal tersebut mendorong Muawiyah untuk membangun armada laut yang kuat. Dengan persetujuan khalifah Utsman, maka dibuatlah kapal-kapal perang untuk armada laut Islam. Sejak itulah pasukan muslim memiliki armada laut yang cukup kuat. 3) Mempertahankan dan Memperluas daerah Islam Pada masa khalifah Umar bin Khattab, kekuasaan Romawi dan Persia di seluruh Mesir dan Syam dapat dikalahkan oleh tentara Islam. Bahkan tentara Islam sudah menguasai Tripoli dan Bargah. Setelah Umar bin Khattab wafat,-sisa-sisa kekuasaan Romawi dan Persia mencoba mengambil kembali daerah-daerah yang telah dikuasai oleh pemerintah Islam. Namun khalifah Utsman bin Affan dapat mempertahankan dan memukul mundur seluruh kekuatan musuh dari daerah yang telah dikuasai oleh kekuatan Islam. Dengan kekuatan tentara waktu itu, tentara muslim mampu memperluas daerah kekuasaan. Daerah kekuasaan Islam meluas hingga meliputi Armenia Turkistan, Kabul, dan Nubah (Sudan). 4) Menyempurnakan Kodifikasi Al-Qur'an dan Menyatukan Perbedaan dalam Pelafalan bacaan Al-Qur'an Mushaf yang telah dikodifikasi di tangan Abu Bakar ada di tengan Umar bin Khattab lalu berpindah kepada Hafsah, Umar kemudian diminta oleh khalifah Utsman bin Affan. Beliau membentuk tim yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Sa'ad bin Ash, dan Abdurrahman bin Haris. Tim tersebut diberi tugas untuk menyalin naskah yang asli dengan dialek Quraisy dan menyeragamkan susunan surah-surah. Setelah selesai, naskah yang asli dikembalikan kepada Hafsah dan salinannya dikirim ke beberapa wilayah yang telah dikuasai. Untuk naskah-naskah yang sebelumnya terdapat perbedaan dalam cara membacanya, khalifah Utsman memerintahkan agar dibakar. sehingga pelafalan bacaan Al-Qur'an menjadi seragam. Karya besarnya yang sangat bermanfaat bagi umat Islam ini, dinamakan “Mushaf Utsmani”. C. Wafatnya Utsman bin Affan (35 H/656 M) Ketika menjabat sebagai khalifah. Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok dan kurang cakap, dan menggantikannya dengan orang-orang yang lebih kredibel dari kalangan kerabatnya. Namun beberapa pejabat yang diberikan kepercayaan tersebut tidak menjalankan tugas dengan baik sesuai syariat agama dan perintah khalifah. Sebagai contoh ketika Utsman meminta laporan keuangan daerah kepada Arr bun Al-Ash, selaku gubernur Mesir. Laporan tersebut dindai timpang dan gubernur dianggap gagal melakukan tugasnya. Karena kegagalannya ia diganti oleh Abdullah bin Sa'ad bin Abu As-Sarah. Kegagalan beberapa pejabat yang diangkat Utsman dimanfaatkan oleh Abdullah bim Saba' seorang Yahudi untuk memberontak kepada khalifah. Ia pergi ke berbagai pelosok Arab dan menyebarluaskan isu negatif atas khalifah dan berhasil mengajak beberapa orang untuk pergi ke Madinah mendatangi khalifah, Setelah sampai di Madinah, para pemberontak mengajukan beberapa tuntutan kepada khalifah, namun tuntutan itu ditolak. Para pemberontak mengepung rumah khalifah, setelah berhasil masuk ke dalam rumah khalifah, pada saat Itulah mereka membunuh khalifah yang sedang membaca Al-Qur'an Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal Zulhijah tahun 35 Hijriyyah. Utsman bin Affan syahid pada umar 82 tahun. 4. Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M) a. Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan anak dari paman Nabi Muhammad saw., Abu Thalib. Ali juga merupakan salah satu orang yang pertama kali masuk Islam. Setelah wafatnya Utsman, kaum muslimin mengalami kesulitan untuk mengangkat khalifah pengganti Utsman. Tokoh-tokoh yang dianggap layak menjadi khalifah, seperti Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar, Sa'ad bin Abi Waqash, dan Zubair bin Awwam menolak menjadi khalifah. Dengan adanya keadaan ini, terjadilah diskusi yang diadakan oleh para tokoh kaum muslimin untuk menunjuk khalifah baru. Dari hasil diskusi yang dilaksanakan, mereka tidak menemukan orang yang lebih layak daripada Ali bin Abi Thalib. Ali juga dikenal sebagai pribadi yang cerdas, maka diangkatlah Ali sebagai khalifah. b. Prestasi-prestasi khalifah Ali bin Abi Thalib Masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib lebih berfokus pada masalah intern. Masalah intern tersebut dapat memunculkan perpecahan di kalangan umat Islam. Keadaan tersebut terjadi karena aqidah sebagian umat Islam sudah digerogoti oleh masalah keduniawian dan pengaruh orang-orang munafik yang tidak suka dengan kemajuan Islam. Di antara usaha-usaha yang dilakukan oleh khalifah Ali bin Abi Thalib adalah: 1) Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, beberapa pejabat yang diangkatnya tidak menaati nasihat khalifah Utsman bin Affan, yaitu untuk selalu berbuat adil dan memperlakukan rakyat dengan sebaik-baiknya. Sebagian pejabat tersebut bahkan ada yang tidak menyetorkan pajak pada negara. Maka sejak Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, Ali mulai membersihkan pejabat-pejabat yang kurang cakap dengan memberhentikan dari jabatannya. 2) Memadamkan Pemberontakan pemberontakan di Kalangan Umat Islam Peristiwa pembunuhan khalifah Utsman bin Affan meninggalkan masalah di kalangan umat Islam saat itu. Kelompok-kelompok yang tidak puas dengan kinerja khalifah Ali bin Abi Thalib dalam menghukum orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan Utsman membuat kelompok tersendiri yang dipimpin oleh Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, dan Siti Aisyah Ummul Mukminin r.a. dengan dukungan dari Bani Umayyah di Syam mereka menyusun kekuatan. Khalifah Ali yang memandang gerakan tersebut sebagai pembangkangan terhadap kekhalifahan, segera mengambil tindakan. Sebenarnya Ali tidak menghendaki perang. Ali mengirimkan surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan masalah tersebut secara damai, namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya pertempuran pun terjadi. Perang tersebut dinamakan Perang Jamal. Perang Jamal terjadi tahun 36 H yang dimenangkan oleh khalifah Ali namun menewaskan sekitar 10.000 kaum muslimin, termasuk Zubair dan Thalhah. Sedangkan Siti Aisyah. berhasil ditawan kemudian, beliau dipulangkan ke Madinah dalam keadaan dihormati. Dinamakan perang Jamal, karena pada waktu itu Siti Aisyah menunggangi unta. Di sisi lain, Muawiyah yang menolak pemberhentian dirinya dari gubernur Syam berhasil menguatkan posisinya. Muawiyah berhasil menyusun kekuatan Setelah beberapa perundingan damai gagal dilakukan, akhirnya pada tahun 37 terjadilah perang selama 10 hari yang menewaskan sekitar 70.000 kaum muslimin. Perang tersebut dinamakan perang Shiffin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa Tahkim yang melemahkan posisi khalifah Ali. 3) Menyempurnakan Tulisan Al-Qur'an Salah satu jasa khalifah Ali bin Abi Thalib adalah menyempurnakan tulisan Al-Qur'an dengan memberi tanda titik dan harakat (syakal/baris) oleh seorang ahli tata bahasa yang bernama Abul Aswad Ad-Dualy yang ditugaskan oleh beliau. Pekerjaan tersebut disempurnakan pada zaman khalifah Abdul Malik bin Marwan. Wafatnya Ali bin Abi Thalib (40 H/661 M) Khalifah Ali bin Abi Thalib wafat di usia 63 tahun, dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, seseorang Khawarij. Khalifah Ali dibunuh saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah. Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyyah @SaduddinAtazani.Blogspot.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar