Jumat, 02 Desember 2016

Refleksi Peringatan Maulid : “Nabi Muhammad SAW Sebaik-baiknya Teladan”
(sumber berbagi FB nama tidak diketahui)
Kurang lebih 14 abad yang lalu tepat dengan hari Senin, tahun Gajah di suatu tempat kecil Mekkah, seorang nabi akhir zaman dilahirkan dari rahim Aminah, ayah beliau Abdullah telah mendahului beliau ketika beliau masih dalam kandungan. Kelahiran beliau disambut gembira oleh penjuru alam. Kejadian menakjubkan pun mengiringi kelahiran beliau, hancurnya pasukan gajah raja Abrahah yang hendak menghancurkan ka’bah dan banyak yang lainnya. Orang-orang dekat beliau memperkirakan bahwa bayi yang dilahirkan itu akan menjadi manusia mulia serta disegani orang. Oleh karena itu kakek beliau meberi nama Ahmad atau Muhammad(dia yang terpuji), nama tersebut belum pernah ada pada zaman sebelumnya. Abdul Muthallib(kakek beliau) sudah merasakan firasat bahwa beliau akan menjadi orang yang mulia kelak.
Muhammad kecil tidak berbeda dengan anak kecil lainnya, yang membedakannya adalah beliau dilindungi oleh Allah dari berbuat dosa, sehingga sejak beliau tidak pernah menyembah berhala, makan-makan sesembahan berhala, serta perbuatan mungkar yang lainnya.
Kehidupan Muhammad, tidak berjalan mulus. Cobaan silih berganti menerpa beliau, setelah ditinggal oleh ayah beliau ketika dalam kandungan. Saat Muhammad menginjak 6 tahun, ibunda beliau juga meninggalkan beliau. Betapa sedihnya beliau pada saat itu ditinggal kedua orang tuanya. Kesediahan beliau juga dirasakan oleh Abdul Muthalib, kakek beliau menaruh perhatian penuh dan kasih sayang kepada beliau. Kakek beliau merasa iba. Sampai akhirnya pun Abdul Muthalib juga meninggalkan beliau. Selanjutnya beliau dalam asuhan Abu Thalib, paman beliau. Abu Thalib sangat sayang kepada beliau. Muhammad bukanlah anak yang manja, beliau tidak menggantungkan hidupnya pada pamannya, beliau membantu pamannya menggembalakan kambing.
Sampai akhirnya usia beliau menginjak belasan tahun, Abu Thalib mengajak beliau ikut berdagang ke Syam. Di tengah perjalanan beliau bertemu dengan pendeta Bukhaira, sang pendeta itu memperhatikan Muhammad dengan sekasama, sampai pendeta tersebut yakin bahwa anak tersebut adalah nabi akhir zaman yang disebutkan dalam kitab-kitab sebelumnya. Sang pendeta, berpesan kepada Abu Thalib agar tidak melanjutkan perjalan, dikhawatirkan orang-orang yahudi dan nasrani yang mengetahui bahwa nabi akhir zaman itu sudah lahir dan bukan dari golongan mereka niscaya meraka akan membunuh beliau. Akhirnya beliau kembali ke Mekkah.
Pemuda Muhammad dikenal sebagai pemuda yang cerdas, berkelakuan terpuji, tidak pernah berbohong, dapat dipercaya, sehingga beliau diberi gelar “Al-Amin(orang yang dapat dipercaya)”. Itulah salah satu sebabnya saudagar kaya raya Khadijah tertarik pada beliau. Akhirnya beliau menikah dengan Khadijah, saat itu beliau berusia 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun.
Kegundahan hati Nuhammad melihat perilaku orang-orang disekitar beliau, mabuk-mabukkan, berzina, membunuh anak perempuan dan banya yang lain, membuat beliau ingin menenangkan diri dan berdiam diri atau yang biasa disebut Uzlah atau Tahannuts. Beliau menyepi di Gua Hira’. Selama bertahun-tahun beliau menyepi di sana sampai akhirnya sang malaikat wahyu datang menemui beliau, Jibril membacakan surat Al-Alaq 1-5. Beliau sangat ketakutan kemudian beliau pulang ke rumah. Sang isteri khawatir melihat keadaan suaminya. Di saat beliau tidur, datang lagi Jibril dengan mabacakan : “1). Hai orang yang berkemul (berselimut), 2). Bangunlah, lalu berilah peringatan! 3). Dan Tuhanmu agungkanlah! 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5). Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6). Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7). Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah” .(QS.Al-Mudatsir-1-7). Ketakutan beliau bertambah, Khadijah mengajak beliau bertemu dengan paman Khadijah, Waraqah. Beliau menceritakan kejadian yang menimpa beliau. Waraqah menjelaskan bahwa beliau merupakan Nabi yang disebutkana dalam kitab terdahulu, beliau merupakan utusan Allah.
Perjuangan dakwah Nabi dimulai dari kerabat-kerabat dekat beliau, sahabat-sahabat beliau. Mereka lah yang disebut Assabiqunal Awwalun.
Hingga suatu hari turun  ke tiga ayat berikut :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.  (QS.Al-Hijir [15]: 94).
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS.Asy-Syuara’(26): 214-215).
“Dan katakanlah: “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan”.(QS.Al-Hijir [15]: 89).
Setelah menerima ketiga perintah di atas, Nabi pun segera menuju bukit Shafa. Dari atas bukit ini beliau berseru memanggil :   “ Wahai Bani Fihr, wahai Bani Adya, wahai Bani Kaab, wahai Fathimah binti Muhammad, wahai Bani Abdul Muththalib, wahai semua orang Quraisy .. ”
Seruan ini ditujukan kepada semua suku Quraisy  hingga mereka berkumpul semua. Bahkan ketika ada yang berhalangan hadir maka orang tersebut pun mengirim utusan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Abu Lahab beserta para pemuka Quraisy juga ikut datang.
Rasulullah kemudian melanjutkan seruannya : “Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa di lembah ini ada sepasukan kuda yang mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku?““ Tentu kami percaya “, jawab mereka. “ Kami tidak pernah mempunyai pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran”. Nabi kembali bersabda : “Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku pemberi peringatan kepada kalian dari azab yang pedih. Selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak dapat membela kalian di hadapan Allah selain bahwa kalian mempunyai tali kekeluargaan yang akan aku sambung dengan hubungannya ”. Mendengar ini, Abu Lahab serta merta menyahut kesal : “ Celakalah engkau selama-lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”. Tak lama kemudian turunlah  dua ayat  berikut : “ Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa “. ( QS. Al-Lahab (111): 1).
Tantangan beliau dalam berdakwah sangatlah berat. Intervensi dari berbagai pihak yang benci pada beliau sudah sangat keterlaluan, bahkan mereka sudah berani menyiksa dan memukul. Sampai suatu ketika Allah memerintahkan pengikut belieu hijrah ke Habasyah. Sampai akhirnya kekejaman kaum kafir Quraisy sudah keterlaluan, maka turunlah perintah untuk hijrah ke Yatsrib(Madinah).
Islam terpancar ke berbagai penjuru dunia, di Madinah inilah Nabi memulainya. Nabi membangun mulai dari mempersaudarakan kaum muhajirin dan Anshar, membuat piagam Madinah, membangun masjid. Sehingga mulai terang lah cahaya kejayaan islam.
Banyak sekali kisah yang masih belum disebutkan, karena keterbatasan waktu dan space, untuk lebih mendalaminya bisa dengan membaca sejarah nabi, salah satunya “Sirah Nabawiyyah”.
Hari ini, 24 Januari 2013 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal, di tanggal ini disepakati sebagai hari lahir Nabi Muhammad SAW, walaupun ada pendapat yang masih berbeda dalam penetapan tanggal kelahiran Nabi. Di Indonesia bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal, ditetapkan sebagai hari libur nasional untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, atau yang bisa disebut maulid Nabi. Walaupun masih ada perbedaan pendapat dalam masalah hukumnya. Terlepas dari itu semua, sebagai umat Muhammad untuk selalu meneladani beliau. Karena beliaulah sebaik-baiknya teladan.
“Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang berharap kepada Allah, hari akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Berikut salah satu cerita tentang keteladanan beliau:
Satu ketika seorang musuh bernama Da`thur mendapati Rasulullah SAW sedang berehat di satu batu. Dia terus melompat dan meletakkan pedangnya di leher Rasulullah SAW dan berkata, “Siapa yang akan menyelamatkan nyawa kamu dan tanganku?”
Rasulullah SAW spontan menjawab, “ALLAH!”
Mendengar jawapan Rasulullah itu, Da`thur menggeletar hingga pedangnya jatuh daripada tangan.
Rasulullah SAW mengambil pedang itu dan bertanya, “Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kamu dari tanganku?”
Da`thur tergamam dan menjawab, “Tiada ada.”
Akhirnya Rasulullah SAW memaafkan Da`thur. Melihat kasih sayang yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW itu, Da`thur pun mengucap dua kalimah syahadah (masuk Islam).
Setidaknya, pada hari ini kita kembali berkaca pada diri kita, sejauh mana kita telah meneladani beliau, sejauh mana kita menjalankan sunnah-sunnah beliau, sejauh mana kita cinta pada beliau. Mungkin kita lupa dengan sejarah perjuangan beliau, ibarat pepatah, tak kenal maka tak sayang. Oleh karena itu, ya monggo dibuka lagi buku sejarah Nabi, dibaca, diresapi, sehingga kita lebih tahu tentang Nabi, sehingga bertambah pula kecintaan kita pada Nabi, sehingga sunnah-sunnah beliau kita laksanakan, Insaya Allah.  Suatu ketika, seorang sahabat bertanya, "Rasulullah ! Apakah ada manusia yang lebih baik daripada kami. Kami masuk Islam di tanganmu. Kami juga berjihad bersamamu?" Rasulullah menjawab, "Benar. Sekelompok manusia yang hidup setelah kalian. Mereka percaya kepadaku, walaupun mereka tidak pernah melihatku”. Sungguh bahagialah kita, umat beliau yang belum pernah hidup pada masa beliau, belum pernah berjumpa dengan beliau, namun kecintaan kita pada beliau melebihi dari diri kita sendiri.
“Barang siapa mencintai sesuatu maka ia banyak menyebutnya“. Salah satu bentuk cinta kita yang paling simple dan mudah adalah dengan senantiasa membaca shalawat.
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya".(QS. Al-Ahzab : 56).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ 
“Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar