Refleksi Peringatan Maulid : “Nabi
Muhammad SAW Sebaik-baiknya Teladan”
(sumber berbagi FB nama tidak diketahui)
Kurang lebih 14 abad yang lalu tepat
dengan hari Senin, tahun Gajah di suatu tempat kecil Mekkah, seorang nabi akhir
zaman dilahirkan dari rahim Aminah, ayah beliau Abdullah telah mendahului
beliau ketika beliau masih dalam kandungan. Kelahiran beliau disambut gembira
oleh penjuru alam. Kejadian menakjubkan pun mengiringi kelahiran beliau,
hancurnya pasukan gajah raja Abrahah yang hendak menghancurkan ka’bah dan
banyak yang lainnya. Orang-orang dekat beliau memperkirakan bahwa bayi yang
dilahirkan itu akan menjadi manusia mulia serta disegani orang. Oleh karena itu
kakek beliau meberi nama Ahmad atau Muhammad(dia yang terpuji), nama tersebut belum
pernah ada pada zaman sebelumnya. Abdul Muthallib(kakek beliau) sudah merasakan
firasat bahwa beliau akan menjadi orang yang mulia kelak.
Muhammad kecil tidak berbeda dengan anak
kecil lainnya, yang membedakannya adalah beliau dilindungi oleh Allah dari
berbuat dosa, sehingga sejak beliau tidak pernah menyembah berhala, makan-makan
sesembahan berhala, serta perbuatan mungkar yang lainnya.
Kehidupan Muhammad, tidak berjalan
mulus. Cobaan silih berganti menerpa beliau, setelah ditinggal oleh ayah beliau
ketika dalam kandungan. Saat Muhammad menginjak 6 tahun, ibunda beliau juga
meninggalkan beliau. Betapa sedihnya beliau pada saat itu ditinggal kedua orang
tuanya. Kesediahan beliau juga dirasakan oleh Abdul Muthalib, kakek beliau
menaruh perhatian penuh dan kasih sayang kepada beliau. Kakek beliau merasa
iba. Sampai akhirnya pun Abdul Muthalib juga meninggalkan beliau. Selanjutnya
beliau dalam asuhan Abu Thalib, paman beliau. Abu Thalib sangat sayang kepada
beliau. Muhammad bukanlah anak yang manja, beliau tidak menggantungkan hidupnya
pada pamannya, beliau membantu pamannya menggembalakan kambing.
Sampai akhirnya usia beliau menginjak
belasan tahun, Abu Thalib mengajak beliau ikut berdagang ke Syam. Di tengah
perjalanan beliau bertemu dengan pendeta Bukhaira, sang pendeta itu
memperhatikan Muhammad dengan sekasama, sampai pendeta tersebut yakin bahwa
anak tersebut adalah nabi akhir zaman yang disebutkan dalam kitab-kitab
sebelumnya. Sang pendeta, berpesan kepada Abu Thalib agar tidak melanjutkan
perjalan, dikhawatirkan orang-orang yahudi dan nasrani yang mengetahui bahwa
nabi akhir zaman itu sudah lahir dan bukan dari golongan mereka niscaya meraka
akan membunuh beliau. Akhirnya beliau kembali ke Mekkah.
Pemuda Muhammad dikenal sebagai pemuda
yang cerdas, berkelakuan terpuji, tidak pernah berbohong, dapat dipercaya,
sehingga beliau diberi gelar “Al-Amin(orang yang dapat dipercaya)”. Itulah
salah satu sebabnya saudagar kaya raya Khadijah tertarik pada beliau. Akhirnya
beliau menikah dengan Khadijah, saat itu beliau berusia 25 tahun dan Khadijah
berusia 40 tahun.
Kegundahan hati Nuhammad melihat
perilaku orang-orang disekitar beliau, mabuk-mabukkan, berzina, membunuh anak
perempuan dan banya yang lain, membuat beliau ingin menenangkan diri dan
berdiam diri atau yang biasa disebut Uzlah atau Tahannuts. Beliau menyepi di
Gua Hira’. Selama bertahun-tahun beliau menyepi di sana sampai akhirnya sang
malaikat wahyu datang menemui beliau, Jibril membacakan surat Al-Alaq 1-5.
Beliau sangat ketakutan kemudian beliau pulang ke rumah. Sang isteri khawatir
melihat keadaan suaminya. Di saat beliau tidur, datang lagi Jibril dengan
mabacakan : “1). Hai orang yang berkemul (berselimut), 2). Bangunlah, lalu
berilah peringatan! 3). Dan Tuhanmu agungkanlah! 4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
5). Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6). Dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7). Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah” .(QS.Al-Mudatsir-1-7). Ketakutan beliau
bertambah, Khadijah mengajak beliau bertemu dengan paman Khadijah, Waraqah.
Beliau menceritakan kejadian yang menimpa beliau. Waraqah menjelaskan bahwa
beliau merupakan Nabi yang disebutkana dalam kitab terdahulu, beliau merupakan
utusan Allah.
Perjuangan dakwah Nabi dimulai dari kerabat-kerabat
dekat beliau, sahabat-sahabat beliau. Mereka lah yang disebut Assabiqunal
Awwalun.
Hingga suatu hari turun ke tiga
ayat berikut :
“Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik”. (QS.Al-Hijir [15]: 94).
“Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS.Asy-Syuara’(26):
214-215).
“Dan katakanlah: “Sesungguhnya aku
adalah pemberi peringatan yang menjelaskan”.(QS.Al-Hijir [15]: 89).
Setelah menerima ketiga perintah di
atas, Nabi pun segera menuju bukit Shafa. Dari atas bukit ini beliau berseru
memanggil : “ Wahai Bani Fihr, wahai Bani Adya, wahai Bani
Kaab, wahai Fathimah binti Muhammad, wahai Bani Abdul Muththalib, wahai semua
orang Quraisy .. ”
Seruan ini ditujukan kepada semua suku
Quraisy hingga mereka berkumpul semua. Bahkan ketika ada yang berhalangan
hadir maka orang tersebut pun mengirim utusan untuk melihat apa yang sedang
terjadi. Abu Lahab beserta para pemuka Quraisy juga ikut datang.
Rasulullah kemudian melanjutkan
seruannya : “Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa di lembah ini
ada sepasukan kuda yang mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku?“. “
Tentu kami percaya “, jawab mereka. “ Kami tidak pernah mempunyai pengalaman
bersama engkau kecuali kejujuran”. Nabi kembali bersabda : “Ketahuilah
bahwa sesungguhnya aku pemberi peringatan kepada kalian dari azab yang pedih.
Selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak
dapat membela kalian di hadapan Allah selain bahwa kalian mempunyai tali
kekeluargaan yang akan aku sambung dengan hubungannya ”. Mendengar
ini, Abu Lahab serta merta menyahut kesal : “ Celakalah engkau
selama-lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”. Tak lama
kemudian turunlah dua ayat berikut : “ Binasalah kedua
tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa “. ( QS. Al-Lahab
(111): 1).
Tantangan beliau dalam berdakwah
sangatlah berat. Intervensi dari berbagai pihak yang benci pada beliau sudah
sangat keterlaluan, bahkan mereka sudah berani menyiksa dan memukul. Sampai
suatu ketika Allah memerintahkan pengikut belieu hijrah ke Habasyah. Sampai
akhirnya kekejaman kaum kafir Quraisy sudah keterlaluan, maka turunlah perintah
untuk hijrah ke Yatsrib(Madinah).
Islam terpancar ke berbagai penjuru
dunia, di Madinah inilah Nabi memulainya. Nabi membangun mulai dari
mempersaudarakan kaum muhajirin dan Anshar, membuat piagam Madinah, membangun
masjid. Sehingga mulai terang lah cahaya kejayaan islam.
Banyak sekali kisah yang masih belum
disebutkan, karena keterbatasan waktu dan space, untuk lebih mendalaminya bisa
dengan membaca sejarah nabi, salah satunya “Sirah Nabawiyyah”.
Hari ini, 24 Januari 2013 bertepatan
dengan 12 Rabiul Awwal, di tanggal ini disepakati sebagai hari lahir Nabi
Muhammad SAW, walaupun ada pendapat yang masih berbeda dalam penetapan tanggal
kelahiran Nabi. Di Indonesia bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal,
ditetapkan sebagai hari libur nasional untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad, atau yang bisa disebut maulid Nabi. Walaupun masih ada perbedaan
pendapat dalam masalah hukumnya. Terlepas dari itu semua, sebagai umat Muhammad
untuk selalu meneladani beliau. Karena beliaulah sebaik-baiknya teladan.
“Sungguh telah ada bagi kalian pada diri
Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang berharap kepada Allah, hari
akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Berikut salah satu cerita tentang
keteladanan beliau:
Satu ketika seorang musuh bernama
Da`thur mendapati Rasulullah SAW sedang berehat di satu batu. Dia terus
melompat dan meletakkan pedangnya di leher Rasulullah SAW dan berkata, “Siapa
yang akan menyelamatkan nyawa kamu dan tanganku?”
Rasulullah SAW spontan menjawab, “ALLAH!”
Mendengar jawapan Rasulullah itu,
Da`thur menggeletar hingga pedangnya jatuh daripada tangan.
Rasulullah SAW mengambil pedang itu dan
bertanya, “Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kamu dari tanganku?”
Da`thur tergamam dan menjawab, “Tiada
ada.”
Akhirnya Rasulullah SAW memaafkan
Da`thur. Melihat kasih sayang yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW itu, Da`thur
pun mengucap dua kalimah syahadah (masuk Islam).
Setidaknya, pada hari ini kita kembali
berkaca pada diri kita, sejauh mana kita telah meneladani beliau, sejauh mana
kita menjalankan sunnah-sunnah beliau, sejauh mana kita cinta pada beliau.
Mungkin kita lupa dengan sejarah perjuangan beliau, ibarat pepatah, tak kenal
maka tak sayang. Oleh karena itu, ya monggo dibuka lagi buku sejarah Nabi,
dibaca, diresapi, sehingga kita lebih tahu tentang Nabi, sehingga bertambah
pula kecintaan kita pada Nabi, sehingga sunnah-sunnah beliau kita laksanakan,
Insaya Allah. Suatu ketika, seorang sahabat bertanya, "Rasulullah
! Apakah ada manusia yang lebih baik daripada kami. Kami masuk Islam di
tanganmu. Kami juga berjihad bersamamu?" Rasulullah menjawab, "Benar.
Sekelompok manusia yang hidup setelah kalian. Mereka percaya kepadaku, walaupun
mereka tidak pernah melihatku”. Sungguh bahagialah kita, umat beliau yang
belum pernah hidup pada masa beliau, belum pernah berjumpa dengan beliau, namun
kecintaan kita pada beliau melebihi dari diri kita sendiri.
“Barang siapa mencintai sesuatu maka ia
banyak menyebutnya“. Salah satu bentuk cinta kita yang
paling simple dan mudah adalah dengan senantiasa membaca shalawat.
"Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya".(QS. Al-Ahzab : 56).
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Ya Allah, sampaikan shalawat kepada
Muhammad”